Selasa, 13 Juli 2010

Pengalaman Dekat Kematianku / My Experience Near Death




Based on true story from Yoga Purnama
( Berdasarkan kisah nyata dari Yoga Purnama )

Written by Yoga Purnama
( Ditulis oleh Yoga Purnama )



Pengalaman dekat kematian yang saya alami ini sengaja saya bagikan ke semua orang yg sempat membaca tulisan saya. Tujuannya adalah agar semua orang yg msh meragukan adanya kehidupan setelah kematian dapat menyadari bahwa memang ada kehidupan setelah kematian dan agar kita juga semakin menyadari bahwa Tuhan YME memang Maha Pengasih dan lagi Maha Penyayang kepada semua makhlukNya sehingga kita bisa semakin mengasihi Tuhan dg lebih baik lagi.

Dahulu saya mempunyai seorang teman bule asal Inggris, dimana dalam hidupnya selalu berkutat masalah bisnis / duniawi. Hanya hal2 nyata bagi mata telanjangnyalah yg selalu dia yakini sebagai hidup yg sebenarnya. “Semua hidup di dunia ini adalah logika dan diluar dari logika adalah semu. Tidak benar ada lagi kehidupan setelah kita mati karena aku tidak dapat melihatnya dg mata telanjangku”,kata sang bule. Saya berfikir,”Gila benar pemahaman bule ini! Ntar dimarahi Tuhan baru tahu rasa.loe”. Itu pemahaman dia, saya hargai walaupun sangat bertentangan dg pemahaman saya selama ini. Itulah hidup. Banyak ragam pemahaman yg ada pada setiap manusia di dunia.

Cobaan hidup memang datang dan pergi tanpa dapat kita prediksi. Mungkin inilah namanya rahasia Tuhan. Tidak ada seorangpun yg tahu.Hari itu, langit senja tampak sangat cerah. Terlihat jelas dari balkon ruang kerja saya yg ada di lantai tiga. Hari itu tgl 8 Agustus 2007 pukul 06:00 wita, waktu pulang kerja, mendadak seluruh tubuh saya lemas tidak bertenaga. Saya heran, ada apa dg diri saya? Saya tidak mampu berdiri. Seluruh tubuh ini lemas tanpa tenaga. Terpaksa saya digotong dua orang satpam kantor pulang ke rumah. Keluarga pun langsung bertindak cepat melihat kondisi saya ini dg melarikan saya ke Wing International rumah sakit Sanglah Denpasar. Berbagai pengobatan telah saya lakukan, baik medis maupun non medis tapi tidak menunjukan hasil. Dua kali saya mesti di rawat inap di RSU Sanglah Denpasar, belum juga ada tanda2 kesembuhan. Saya stress karena saat itu saya sudah tidak berdaya lagi. Saya menjadi seonggok daging hidup yg tidak bisa berbuat apa2. Wajar mengalami perasaan begini karena saya sebagai manusia biasa yg penuh dg kekurangan. Sebelum terkena penyakit ini, saya biasa melakukan berbagai aktifitas dg leluasa. Malah sebelum nikah, saya sering dugem sampai subuh, malah sekalian tidak pulang kerumah. Orang tua sampai sakit hati dg ulah saya. Berbagai nasehat sudah tidak mempan. Orang tua memang tidak berani terlalu keras. Saya tahu mereka sangat sayang sama saya. Cuma saya saja yg memang kelewat bandel. Secara medis, saya dibilang terkena penyakit auto immune, dimana system kekebalan tubuh saya menyerang saraf2 tubuh yg berfungsi untuk system kelistrikan tubuh. Kian hari penyakit saya tambah parah sehingga hrs segera menjalani operasi besar yg bernama Timectomy, yg kata dokter bahwa kelenjar tymus yg ada di dada merupakan biang keladi dari sumber sakit saya ini, dimana operasi ini menghabiskan biaya puluhan juta rupiah. Yaaa, ada saja jalan Tuhan yg Dia lakukan untuk mengambil harta titipanNya dari kita. Atau mungkin inilah hukuman dari Tuhan. Entahlah. Tidak ada manusia yg terlahir sempurna, seperti kata syair lagu grup band D’Massiv. Hhhmmm…

Tgl 9 November 2007 pukul 14:00 wita, saya mulai masuk ruang operasi. Kala itu, walaupun kondisi saya sudah sangat lemah tapi saya masih mampu melihat semua alat2 operasi yg ada di ruangan tsb. Takut, sudah pasti menggelayuti hati saya. Saya berdoa sama Leluhur, agar Beliau2 ini menyertai dan juga agar operasi dapat berjalan dg lancar. Tim dokter pun mulai menyuntikkan obat bius melalui selang infuse dan beberapa detik kemudian, kesadaran saya perlahan2 mulai menurun. Akhirnya saya tidak ingat apa2 lagi. Anehnya ketika tubuh saya tertidur dalam pengaruh obat bius, justru kesadaran saya tidak ikut tidur. Lewat kesadaran saya yg lain ini saya dapat melihat tim dokter bekerja dg jelas walaupun mata saya terpejam dan saya sadar sepenuhnya bahwa saat itu tubuh fisik saya dalam keadaan tertidur pulas dalam pengaruh obat bius. Dipojok ruangan operasi saya melihat 3 sosok orang (dua orang yg sudah tua yaitu laki2 dan perempuan dan seorang lagi adalah seorang anak kecil) berpakain serba putih menunggui dan mengawasi saya. Saya berfikir,”Mana boleh ada orang lain selain pihak dokter yg ada diruang oparasi? Ini tidak benar!”. Setelah saya amati dg seksama dari tempat tidur operasi, astaga…, ternyata mereka ini adalah anggota keluarga saya yang telah lama meninggal. Mereka ini adalah orang2 yg sangat mencintai saya pada waktu mereka masih hidup di dunia. Saya melihat mereka tersenyum manis dan sepintas berkata,”Sekarang tidurlah dg tenang. Jangan takut. Kami ada disini”. Setelah mereka mengucapkan kata2 tsb, sayapun langsung tidak ingat apa2 lagi sampai operasi selesai.

Setelah siuman, saya telah berada di ruang HCU (High Care Unit), suatu ruangan untuk para pasien rumah sakit yg kritis, yg lagi berjuang antara hidup dan mati. Sepi, sunyi dan senyap. Hanya terdengar bunyi mesin monitor detak jantung aja yg terdengar. Orang yg menjenguk pun tidak boleh sembarangan. Pokoknya semua pasien diruangan ini diperhatiin super ketatlah. Ternyata saya bertetangga sama orang2 yg lagi sekarat, dimana tempat tidur kami hanya dibatasi oleh korden aja. Hhhiii…menyeramkan!

Pasca operasi, keadaan saya sangat buruk, nafas masih sangat susah shg harus dibantu dg selang oksigen ke hidung.. Seluruh tubuh tak lihat dipasangi berbagai macam kabel dan alat deteksi untuk memantau aktifitas organ tubuh saya. Sangat menyedihkan kondisi saya kala itu. Untungnya saya masih bisa diajak komunikasi dua arah. Mungkin tetangga2 saya disini (maksudnya pasien2 yg lain dalam ruangan HCU) banyak yg sudah tidak bisa diajak berkomunikasi lagi, alias benar2 sekarat hehehe...

Tengah malam, ketika orang2 yg pada umumnya terlelap tidur, saya dijenguk oleh dua orang yg kira2 berumur antara 50-60 tahun. Saya tidak kenal sama dua orang ini. Muka mereka ini sangat pucat seperti orang sakit. Tepatnya seperti mayat, hhhiii… Saya Tanya sama mereka,”Siapa kalian? Kok saya belum pernah kenal?”. Mereka bilang,”Kami adalah tetangga sebelah kiri dan kanan kamu. Kami hanya ingin berkenalan saja karena tempat yg kamu tiduri sekarang ini adalah tempat teman kami yg telah pergi jauh dua hari yg lalu. Kamipun mau berpamitan juga. Tidak lama lagi, waktu kami akan tiba”. Kedua orang itupun lalu ngeloyor pergi tanpa ekspresi. “Orang aneh”,gerutu saya. Saya belum menyadari ada hal yg aneh sedang terjadi dg dua orang ini.

Ada seorang suster yg datang mendekati saya. She looks so sexy hehehe.. Dia berkata,”Mas Yoga lagi ngigau ya? Kok ngomong sendirian?”. Dg suara yg msh lemas, sayapun menjawab,”Saya tidak ngomong sendirian suster. Saya tadi bicara sama orang yg jenguk saya. Katanya mereka adalah tetangga di kiri dan kanan saya disini.” Suster itu tampak mengkerutkan dahinya sbg tanda tidak percaya. “Tidak ada seorangpun yg menjenguk mas Yoga barusan. Apalagi sudah tengah malam begini. Dan lagian pasien di sebelah kiri dan kanan mas yoga adalah pasien yg sudah mengalami kritis sejak seminggu yang lalu. Gak mungkin ah mereka jalan2? Ada2 aja mas yoga ini”,kata sang suster.

Ketika sang suster cantik lagi ngoceh sama saya, walaupun bisik2 sih ngomongnya, saya melihat bayangan hitam tinggi besar, kalau gak salah masuk ke balik korden pasien sebelah kanan saya. Dan keesokkan pagi harinya, ketika bangun tidur, saya mendapat berita bahwa pasien di sebelah kanan saya tadi pagi subuh sudah meninggal dan jenasahnya sudah dijemput pihak keluarga. Hati saya mendadak terhenyak. Batin saya berkata,”Ada apa dg diri saya? Kenapa mendapat pengalaman yg aneh seperti ini? Apa saya harus pergi jauh juga?”. Ada rasa takut yg amat sangat memasuki hati saya. Terus terang, saya belum siap mati. Saya masih punya banyak dosa. “Tuhan, jangan ambil nyawa hamba. Belum siap Tuhan.Berilah hamba yg terbaik menurutMu, ya Tuhan”,doa saya. Ketika saya berdoa, bayangan hitam tinggi besar itu kembali saya lihat. Kali ini masuk ke korden pasien sebelah kiri saya. Saya langsung stress berat. Firasat saya, pasti akan ada lagi orang yg akan pergi jauh. Dan benar saja, pasien sebelah kiri saya pada sore harinya meninggal. Tak ayal lagi, ini membuat kondisi saya semakin memburuk karena stress yg semakin berat. “Sekaranglah saatnya saya pergi jauh.
Saatnya telah tiba.”,pikir saya.

Hari semakin sore dan mulai memasuki malam, kondisi saya pun semakin memburuk. Saya mulai terserang gagal nafas. Badan saya sudah tidak dapat digerakkan lagi. Kesadaran perlahan2 mulai menurun. Pikiran sudah tidak bisa focus. Keinginan untuk menyebut nama Tuhan pun waktu itu tidak pernah bisa saya ucapkan dalam hati. Seperti ada pembatas yg kuat yg menghalangi ketika mau menyebut nama Tuhan. Hati saya sudah sangat panic. Lama2 saya pun sudah lupa akan identitas diri saya ini. Dalam keadaan hati yg sedang panic, saya merasaakan ada semacam pusaran energi yg sangat kuat menarik saya keatas. Setelah saya berputar2 dalam pusaran energi itu, tiba2 diri saya sudah berada di langit2 ruangan HCU. Melayang2 ringan seperti burung. Ketika saya melihat kebawah, saya melihat tubuh saya terbaring kaku ditempat tidur. Tampak para dokter, perawat dan anggota keluarga mengerumuni badan fisik saya dan berusaha menyelamatkan nyawa saya. Mereka jelas sekali tampak panic. Sayapun masih merasakan ada tarikan2 kecil antara diri saya dg tubuh fisik saya dibawah. Di dalam keadaan saya berada diluar tubuh fisik, saya dapat menangkap dg sangat jelas setiap pikiran2 dari mereka. Setiap doa yg mereka kirimkan untuk saya, walaupun dalam hati, dapat saya dengar / terima dg sangat jelas. Aneh khan! Sekarang saya baru menyadari, bahwa inilah yg bernama TELEPATI ( cara berkomunikasi sesama makhluk hidup dg pikiran ).

Penyelamatan oleh pihak dokter dan doa2 dari keluarga ( doa keluarga agar para Leluhur membantu ), saat itu belum mampu untuk mengembalikan saya ketubuh fisik. Saya menjadi sangat sedih melihat keluarga saya yg juga bersedih melihat kondisi saya yg sangat menyedihkan. Nah loh, bingung khan? Tapi saya tidak bisa berbuat apa2. Teriakan saya tidak ada yg mendengar, sentuhan saya tidak ada yg dapat merasakan. Saya jadi putus asa.

Tanpa saya sadari, ketika saya sudah bisa menyebut nama Tuhan, tiba2 ada sinar terang benderang, putih lembut, mulai turun dari atas mendekat kearah saya dan tak perhatikan cahaya tsb semacam lorong cahaya yg tidak saya ketahui ujungnya. Sayapun ditarik masuk tersedot kedalam lorong cahaya tsb Semakin lama semakin jauh dan dalam Dg semakin jauhnya saya ditarik oleh lorong cahaya tsb, lama2 rasa sakit yg saya rasakan hilang sama sekali. Rasa sedih berubah menjadi bahagia. Semakin saya menyebut nama Tuhan, semakin tenang, damai dan bahagia hati yg saya rasakan. Susah deh mengungkapkannya dg kata2. Saya semakin dekat dg ujung lorong dan akhirnya sampai pada suatu tempat yg sangat asing bagi saya. Saya kini berada di suatu tempat yg sangat luas tanpa batas. Terang tapi tidak menyilaukan. Saya bingung, kemana mesti melangkah? Dalam kebingungan, saya melangkahkan kaki tanpa arah. Cuma berjalan dan berjalan saja. Dan akhirnya saya sampai pada sebuah sungai yg airnya sangat jernih.

Diseberang sungai terlihat kakek, nenek, semua anggota keluarga dan juga teman saya diwaktu masa kecil, yg semuanya telah meninggal dan pada waktu mereka masih hidup di dunia, mereka ini sangat menyayangi saya. Mereka melambaikan tangan kepada saya sambil tersenyum. Mereka menyuruh agar saya tidak menyeberangi sungai. Tapi waktu itu saya sempat membandel, ingin menyeberangi sungai untuk bertemu dg orang2 yg sangat saya cintai. Saya rindu sama mereka yg penuh dg kehangatan dan cinta. Saya tidak punya keinginan untuk balik ke tubuh fisik saya lagi

Ditempat itu memang sangat menyenangkan dan membahagiakan. Ketika saya mulai beranjak menyeberangi sungai, mendadak dipikiran saya waktu itu muncul wajah seorang teman yg sangat saya kenal. Dia ini seorang spiritualis dan menjunjung tinggi kebesaran Tuhan Sang Maha Pencipta. Mendadak hati saya menjadi galau dan langsung berkeinginan untuk pulang kembali ke tubuh fisik. Rasa kangen dan rindu itu tiba2 langsung muncul begitu saja. Tiba2 ada suatu kekuatan misterius yg menerbangkan saya kembali masuk ke lorong cahaya lagi. Sayapun kembali berada dalam lorong cahaya yg menghantarkan saya ketubuh fisik. Semakin lama, saya merasakan tubuh saya kembali merasa sakit, lemah seperti dulu dan akhirnya sayapun tersadar dari masa kritis saya.

WELCOME TO THE WORLD, mungkin itulah kata2 yg tepat untuk diri saya. Ketika saya tersadar, saya melihat saudara2 mengelilingi saya dg penuh senyum dan tentu teman spiritualis saya juga ada didekat saya. Rupanya teman saya inilah yg membisikkan nama2 Tuhan ketelinga saya, memohon bantuanNya supaya saya bisa kembali dan tersadar dari masa kritis dan ketika itu tim medis hampir menyerah . Terimakasih Tuhan.

Dari peristiwa ini, saya mendapat banyak pelajaran yg sangat berarti. Cara pandang saya mengenai kehidupan dan Tuhan pun berubah drastis. Sekarang saya dapat melihat kehidupan ini dg pola pandang yg lebih luas dan bijak lagi dari sudut yg lebih tinggi. Keseimbangan antara kehidupan dunia dan akherat pun mulai saya benahi. Dari sisi kesadaranpun banyak mengalami peningkatan. Banyak pemahaman2 baru mengenai Ketuhanan datang begitu saja. Sehingga dalam kehidupan ini, saya semakin dapat mengasihi Tuhan dan sesama dg lebih baik lagi dan tentunya hati saya jauh menjadi lebih tenang, damai dan berbahagia. Apalagi dengan pelajaran Reiki Tummo yg saya pelajari membuat hati saya menjadi semakin kuat dan terbuka lebih besar untuk Tuhan. Hati adalah kunci hubungan kita sama Tuhan. Seberapa besar tingkat kepasrahan hati kita kepada Tuhan dalam hidup ini, hasilnya ( menurut saya )akan ditunjukkan langsung disaat kita mengalami sakratul maut dan setelahnya itu. Hanya kuasaNYa lah, hanya kasihNya lah yg dapat membantu kita, disaat2 kita berada dalam situasi seperti itu dan pasti lebih jauh dari itu juga.

Tuhan memang Maha Besar, Maha Pengasih dan Maha Panyayang kepada semua makhlukNya. Marilah kita belajar semakin mengasihi Tuhan dg lebih baik lagi. Karena takdir semua makhluk adalah kembali kepada Tuhan seutuhnya.. Tuhan…kasih kami untukMu.

Terimakasih Tuhan, Engkaulah sumber cahaya Yang Maha Esa, Maha Sempurna, Maha Suci dan Maha Segala2nya berdasarkan cahaya dan kasih, sekarang dan selamanya.

Terimakasih Para Roh Pembimbing Spiritualku yg selalu penuh dg cinta dan kasih, selalu membimbing, menjaga dan selalu menuntun saya untuk dapat lebih dekat lagi kepada Tuhan YME.



Purnama Kedasa
Denpasar, 29 Maret 2010


Based on true story from Yoga Purnama
Written by Yoga Purnama

1 komentar:

  1. Terima kasih untuk sharing-nya mas Yoga...saya merasa mendapat pelajaran berharga dari apa yang diungkapkan di sini..
    penulispiritual.blogspot.com

    BalasHapus